........................................................** RIZADIAN ADHA
Jangan pernah kau masuk ke hatiku
tak akan kuat kau dengan misterinya
di belantaranya ada auman dusta-dusta
ada panas tanpa hujan
......bahkan tiada awan mendung 'tuk berpayung
telaganya gersang tak menyediakan kesejukan
hanya ada kubangan lumpur tersisa
yang akan menjebak langkahmu
sudah lama ia tak kuurus!
...bahkan tak pernah kusapa
Aku tak yakin kau sanggup menuju hatiku
jalan menujunya adalah belukar onak duri
kerikilnya saja adalah amarah dan benci
ya...jalanan sepi tanpa kasih
pintu hatiku adalah hasrat yang tak terpenuhi
menghantam dinding-dinding imanmu
ya...palu godam pun tak 'kan mampu membukanya
Namun, andai kau telah ada di dalamnya...
jangan pernah berharap mampu menemukan jalan keluar
matamu 'kan membisu
telingamu 'kan membuta
lidahmu 'kan memekak
kaki dan tanganmu 'kan lunglai melemah
lalu kau akan rebah di permadani merah darahnya
...selamanya
Bengkulu, 06 Juli 2011
Puisi Kehidupan...
---seribu tanda baca tak cukup muntahkan sesak aksara di dada----------------------------------------------------------------------------
Sabtu, 05 November 2011
Siti Nurbaya
....................................................................** RIZADIAN ADHA
entah mengapa, Siti Nurbaya menyapaku pagi tadi
maka, kubuka kembali catatan yang mulai kusam
kutemui gagahnya batu nisan
kudapati perkasanya kekayaan
aku benci seringai Datuk Maringgih
melemparku pada kenyataan
inilah!
"ternyata sehidup semati itu bius bagi hati"
Sang Datuk bersiul riang
mengangkangi dua nisan bersebelahan
entah kepuasan apa yang didapat dari sebuah kematian...
pagiku jadi berantakan
rencana sarapan lontong tunjang
menguap bersama kibasan debu pada kisah usang
"besok aku akan ke Gunung Padang! akan kukangkangi pula dua nisan bersebelahan...
aku tak suka kisah cinta yang berakhir mati."
seringai Datuk Maringgih semakin menjadi
kututup saja catatan kusam ini
lalu mataku senyum pada penutup dongeng H.C. Andersen;
...and live happily ever after
entah mengapa, Siti Nurbaya menyapaku pagi tadi
maka, kubuka kembali catatan yang mulai kusam
kutemui gagahnya batu nisan
kudapati perkasanya kekayaan
aku benci seringai Datuk Maringgih
melemparku pada kenyataan
inilah!
"ternyata sehidup semati itu bius bagi hati"
Sang Datuk bersiul riang
mengangkangi dua nisan bersebelahan
entah kepuasan apa yang didapat dari sebuah kematian...
pagiku jadi berantakan
rencana sarapan lontong tunjang
menguap bersama kibasan debu pada kisah usang
"besok aku akan ke Gunung Padang! akan kukangkangi pula dua nisan bersebelahan...
aku tak suka kisah cinta yang berakhir mati."
seringai Datuk Maringgih semakin menjadi
kututup saja catatan kusam ini
lalu mataku senyum pada penutup dongeng H.C. Andersen;
...and live happily ever after
Langganan:
Postingan (Atom)