................................................................** BENING DAMHUJI
Musim silih berganti
Kelaraan ibarat bianglala jelaga
Kenangan kenangan merah putih kelabu
menapaki sangkala tak berbilang jemari
Kisah merpati yang tiada kunjung pulang
Mengiris bingkai hari yang terus berlari
Melati di sudut taman berguguran tanpa angin
Raksi nan mewangi luruh berkalang tanah
Muram durja jiwa berbalut mendung sepanjang tahun
Hati yang patah letih bersemayam kelambu kegamangan
Cinta telah merobek sebagian dinding nurani
Tamparan halimbubu pun tiada jua bangkitkan gairah
Sungguh nelangsa!
Airmata hampir kering bagai genangan sungai dihisap kemarau
Luka lama laksana guratan pedang pada sebatang pisang
Tampak kering namun berdarah darah
Sedang, pasir pasir waktu liar melibas usia yang kian memanjang
Tangan tangan yang menghela bagai dipaku
Merangkul namun terikat di tebing sangsi
Berhak atas keseluruhan, namun terpaksa untuk mengerti
Kesendirian dalam penantian tiada bertumpu, kerinduan telah tawar pula!
Tuhan, demi masamu yang terus bergulir
Tolong, kirimi aku seorang pria dari langit
Pria perkasa bak matahari
Hatinya seindah rembulan
Cintanya seputih mega
Janji janjinya sekemilau bintang fajar
Duhai Maha Raja pemilik segenap keajaiban
Seluruh kehendak berada di ujung penaMU
Dengan sembrani terkapar, lemparkan petunjukMU untuk jasad malu ini!
(Untuk sahabat wanitaku yang lara, katanya)
Musim silih berganti
Kelaraan ibarat bianglala jelaga
Kenangan kenangan merah putih kelabu
menapaki sangkala tak berbilang jemari
Kisah merpati yang tiada kunjung pulang
Mengiris bingkai hari yang terus berlari
Melati di sudut taman berguguran tanpa angin
Raksi nan mewangi luruh berkalang tanah
Muram durja jiwa berbalut mendung sepanjang tahun
Hati yang patah letih bersemayam kelambu kegamangan
Cinta telah merobek sebagian dinding nurani
Tamparan halimbubu pun tiada jua bangkitkan gairah
Sungguh nelangsa!
Airmata hampir kering bagai genangan sungai dihisap kemarau
Luka lama laksana guratan pedang pada sebatang pisang
Tampak kering namun berdarah darah
Sedang, pasir pasir waktu liar melibas usia yang kian memanjang
Tangan tangan yang menghela bagai dipaku
Merangkul namun terikat di tebing sangsi
Berhak atas keseluruhan, namun terpaksa untuk mengerti
Kesendirian dalam penantian tiada bertumpu, kerinduan telah tawar pula!
Tuhan, demi masamu yang terus bergulir
Tolong, kirimi aku seorang pria dari langit
Pria perkasa bak matahari
Hatinya seindah rembulan
Cintanya seputih mega
Janji janjinya sekemilau bintang fajar
Duhai Maha Raja pemilik segenap keajaiban
Seluruh kehendak berada di ujung penaMU
Dengan sembrani terkapar, lemparkan petunjukMU untuk jasad malu ini!
(Untuk sahabat wanitaku yang lara, katanya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar